Jumat, 18 Maret 2011

asuhan keperawatan TB paru




LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TUBERKULOSIS PARU

KONSEP DASAR
Tuberkolosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tubecolosis.

Tuberkolosis tergolong airbone disease yakni penularan melalui droplet nuclei yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiap kali penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi di dalam ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap lembab dapat bertahan sampai beberapa jam. Dua faktor penentu keberhasilan pemaparan tuberkulosis pada individu baru yakni konsentrasi droplet nuclei dalam udara dan panjang waktu individu bernafas dalam uadar yang terkontaminasi tersebut di samping daya tahan tubuh yang bersangkutan.
Di samping penularan melalui saluran pernafasan (paling sering), M. Tuberkulosis juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit (lebih jarang).










                                                   Mycobacterium TBC

                                                   Masuk jalan napas

                                                   Tinggal  di  Alveoli


  - Spuntum purulen                            Exudasi                       kembali saat
                                                             Kavitasi                      berdifusi dgn. Baik.

                                                                                                         Sesak

Tuberkulosis sering dijuluki ”the great imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:
  1. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.


  1. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilya pembuluh darah yang pecah.
  1. Sesak nafas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti pleura, pneumothoraks, anemia dan lain-lain.
  1. Nyeri dada
Nyeri dada TB paru termasuk nyeri pleuristik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
  1. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
  1. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.
Timbulnya gejala misalnya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak nafas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologi, radiologik, dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan untuk menerapkan strategi terapi. Klasifikasi TB paru bibagi sebagai berikut:

  • Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif
  • BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.
  • Bakteriologi (mikroskopik dan biakan negatif)
  • Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru
  • Radiologik menunjukkan gambaran lesi inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak berubah.
  • Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung)

Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain utnuk mengobati juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah rifampisin, INH, pirasinamid, streptomisin dan etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah kanamisin, kuinolon, makrolide dan amoksilin adan asam klavulanat, derivat rifampisin / INH. Cara kerja, potensi dan dosis OAT utama dapat dilihat pada tabel berikut :



Obat anti TB esensial
Aksi
Potensi
Rekomendasi dosis (mg/kg BB)
Per hari
Per minggu
3 x
2 x
Isoniazid (H)
Rifampisin (R)
Pirasinamid (Z)
Streptomisin (S)
Etambutol (E)
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakteriostatik
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
5
10
25
15
15
10
10
35
15
30
15
10
50
15
45
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bateriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu :

FOKUS PENGKAJIAN KEperawatan
Berdasarkan klasifikasi Doengoes dkk (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah :

  1. Aktivitas atau istirahat
Gejala :
Tanda :
  1. Sirkulasi
Gejala :
Tanda :
  1. Integritas ego :
Gejala :
Tanda :
  1. Makanan dan cairan
Gejala :
Tanda :
  1. Nyeri dan kenyamanan
Gejala :
Tanda :
  1. Pernafasan :
Gejala :
Tanda :

  1. Keamanan
Gejala :
Tanda :
  1. Interaksi sosial :
Gejala :
  1. Penyuluhan /pembelajaran :
Gejala :

Tes diagnostik yang dilakukan diuraikan pada tabel berikut :
Jenis pemeriksaan
Interpretasi hasil
Spuntum :
  • Kultur



  • Ziehl-Neelsen
Tes kulit (PPD, mantoux, Vollmer)



Foto thoraks




Histologi atau kultur jaringan (termasuk bilasan lambung, urine, cairan serebrospinal, biopsi kulit)
Biopsi jarum pada jaringan paru

Darah :
  • LED



  • Limfosit

  • Elektrolit

  • Analisa gas darah

Tes faal paru

Mycrobacterium tubercolosis positif pada tahap aktif, penting untuk menetapkan diagnosa pasti dan melakukan uji kepekaan terhadap obat.
BTA positif
Reaksi positif (area positif 10 mm atau lebih) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak berarti untuk menunjukkan keaktifan penyakit
Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru, simpanan kalsium lesi sembuh primer, efusi cairan, akumulasi udara, area cavitas, area fibrosa dan penyimpangan struktur mediastinal.
Hasil positif dapat menunjukkan serangan ektrapulmonal

Positif untuk gralunoma TB, adanya giant cell menunjukkan nekrosis.

Indikator stabilitas biologik penderita, respon terhadap pengobatan dan predeksi tingkat penyembuhan. Sering meningkat pada proses aktif.
Menggambarkan status imunitas penderita (normal ata supresi)
Hiponatremia dapat terjadi akibat retensi cairan pada TB paru kronis luas.
Hasil bervariasi tergantung lokasi dan beratnya kerusakan paru.
Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, penurunan saturasi oksigen sebagai akibat dari infiltrasi parenkim atau fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural. 


Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.
Kriteria hasil :
Rencana Tindakan :
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.
Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret.
R/  Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.
9.    Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi  dan fisioterapi.
Pemberian expectoran.
Pemberian antibiotika.
Konsul photo toraks.
R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
           
Tujuan : Pertukaran gas efektif.
Kriteria hasil :
Rencana tindakan :
       R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
Dengan dokter, radiologi  dan fisioterapi.
Pemberian antibiotika.
Pemeriksaan sputum dan kultur sputum.
Konsul photo toraks.
R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria hasil :
Rencana tindakan
R/ Dengan membantu klien memahami kondisi dapat menurunkan ansietas dan dapat membantu memperbaiki kepatuhan teraupetik.
R/ Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.
R/ Peningkatan tekanan intra abdomen dapat menurunkan/menekan saluran GI dan menurunkan kapasitas.
R/  cairan dapat lebih pada lambung, menurunkan napsu makan dan masukan.
R/ Ini meningkatkan kemungkinan klien mengkonsumsi jumlah protein dan kalori adekuat.
R/ Masukan vitamin harus ditingkatkan untuk mengkompensasi penurunan metabolisme dan penyimpanan vitamin karena kerusakan jarinagn hepar.
R/ Kemungkinan diperlukan suplemen tinggi protein, nutrisi parenteral,total, atau makanan per sonde.
























FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

  1. Nama                           : Tn. D
  2. Jenis kelamin               : Laki-laki
  3. Umur                           : 73 tahun
  4. Pekerjaan                     : -
  5. Alamat                        : Jl. Mawar No. 1
  6. Agama                         : Islam
Klien mengatakan sesak nafas.
Klien mengalami batuk darah sejak 2 hari yang lalu dan merasa sesak saat bernafas.
Klien mempunyai TB paru sejak 5 tahun yang lalu, minum obat OAT secara teratur.
Istri, anak-anaknya tidak mempunyai penyakit yang berbahaya, menular atau menurun.
Keadaan lingkungan di sekitar rumah klien cukup sehat, tempat tidur bersih, kering dan nyaman.

   5   5








ANALISA DATA

Nama Px         : Tn. D
Umur               : 73 tahun
No
Data Penunjang
Masalah
Kemungkinan Penyebab
1
DS :
Klien mengatakan sering meludah di luar jendela kamar
DO :
Bersihan jalan nafas tak efektif
Sekresi yang kental/sekresi darah
2
DS :
Klien mengatakan sesak saat bernafas
DO :
Resiko tinggi infeksi
Malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajahan patogen
3
DS :
Klien mengatakan tidak nafsu makan
DO :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Anoreksia
4
DS :
Klien mengatakan kemarin sudah tidak batuk lagi dan sesak tetapi sekarang klien batuk darah lagi dan sesak.
DO :
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
Tak akurat/tak lengkap informasi yang ada


PRIORITAS MASALAH
No
Dx Keperawatan
1
2

3
4
Bersihan jalan nafas tak efektif b.d sekresi yang kental/sekresi darah.
Resiko tinggi infeksi b.d malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) b.d tak akurat/tak lengkap informasi patogen.









RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Px         : Tn. D
Umur               : 73 tahun
No
Dx
Tujuan kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1
Setelah dilakukan tindakan diharapkan bersihan jalan nafas efektif
KH :













2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi sekunder.
KH :






3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
KH :










4
Setelah dilakukan tindakan diharapkan informasi yang diterima akurat.
KH :








IMPLEMENTASI

Nama Px         : Tn. D
Umur               : 73 tahun
Tanggal
No Dx
Evaluasi
TT
29-9-2007
1






2






3








4



EVALUASI

Nama Px         : Tn. D
Umur               : 73 tahun
No
Tanggal
No Dx
Evaluasi
(Format SOAP)
TT

29-9-2007
1












2












3









4
S :
Klien mengatakan tadi pagi menghabiskan porsi makan.
O :
A :
Masalah belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan No 3, 5, 6, 8

S :
Klien mengatakan mengeluarkan batuk/bersin pada tissue sekali pakai
O :
A :
Masalah belum teratasi
P :
Dehentikan kecuali No. 2, 4

S :
Klien mengatakan sudah melakukan pola hidup sehat
O :
A :
Masalah teratasi
P :
Dihentikan kecuali No. 2

S :
Klien mengatakan masih batuk tapi dahak tidak bisa keluar
O :
A :
Masalah belum teratasi
P :
Dilanjutkan No. 1, 3, 5, 6